Permainan Waktu
Student’s Camp for Senior High School
adalah sebuah acara yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Indonesia
yang bekerja sama dengan Departemen Pendidikan Luar Negri yang ada di
Indonesia. Banyak siswa yang memimpikan
bisa terpilih dan ikut acara itu yang dapat menambah pengalaman dan teman baru.
Daniel Setiawan, nama yang sangat populer dikalangan guru maupun murid
SMA International Don Bosco. Ia populer
karena prestasi nya dibidang akademik maupun non-akademik nya seperti futsal
dan kejuaraan karate tingkat Nasional dan Internasional. Ia adalah keturunan Indonesia-Belanda yang
sudah lama tinggal di Indonesia dan amat mencintai Indonesia.
Pagi itu hari yang normal bagi Daniel, hingga sang wali kelas nya di SMA
International Don Bosco memberi kabar. “Daniel,
minggu depan kamu akan mengikuti Student’s Camp yang diselenggarakan di
Puncak. Kamu akan mewakili sekolah kita
untuk mengikuti pendidikan semi-formal disana, kamu siap kan?” begitu wali kelasnya memberi info tersebut
yang langsung dijawab dengan Daniel “apa? Ibu serius? Yess akhirnya gue bisa
ikut Student’s Camp. Baik bu saya siap
ikut acara itu” jawabnya dengan mantap
Di tempat lain pada saat bersamaan, ada seorang murid SMA Labschool
Jakarta yang bernama Robby Narendra yang dikenal karena seorang dancer untuk
sekolahnya, kesehariannya ia berteman dengan banyak perempuan dan menjadi ikon
ejekan bagi anak lelaki disekolahnya karena tingkah polah nya yang seperti
perempuan.
Tanpa disangka. Robby juga mendapat undangan tersebut yang diberitahukan
oleh gurunya saat istirahat. “aduuh,
emang sih Student’s Camp itu seru bangeet tapi kenapa guee, ntar kalo disana
disuruh ini itu ngerjain kerjaan berat, emangnya gue bisa apa? Gimana nih
guys?” itu tanggapan Robby pertama kali saat bercerita pada temannya.
1 minggu berlalu, dan acara Student’s Camp pun dimulai. Daniel turun dari bis dengan gaya dia yang
“cowok abis” dengan membawa 1 tas ransel dan 1 tas yang biasa dia pakai untuk
membawa perlengkapan karate nya. Dan ia
pun langsung terkesima dengan pemandangan alam Puncak. Dan Robby pun turun dari bis yang sama dengan
Daniel. Tapi bedanya, Robby membawa
sebuah koper besar yang entah isinya apa untuk seorang cowok, serta membawa 1
tas selempang kesayangannya.
Entah karena berat atau apa, Robby jalan dengan sempoyongan membawa
kopernya sehingga ia menabrak Daniel dan membuat tas nya jatuh. “woy punya mata gak sih lo!!” bentak Daniel
ke Robby karena sudah menabraknya. “maaf
maaf gue gak sengaja, koper gue berat nih” jawab Robby sambil mengambil
kopernya yang terlepas dari tangannya.
Hari pertama Student’s Camp diisi dengan perkenalan dengan peserta Student’s
Camp dari berbagai kota di Indonesia, lalu dilanjutkan dengan tur keliling
Puncak hingga malam hari. Para peserta Student’s
Camp tersebut sangat tertarik dengan serangkaian acara yang ada.
Setelah berkeliling cukup lama,
mereka semua kembali ke villa yang disediakan.
Dan amat kebetulan Daniel dan Robby berada di satu villa yang sama. “aduuh, baru 1 hari disini udah serasa 1
minggu aja deh ya ampuun” keluh Robby saat bersantai di villa. “lu cowok bukan sih? Masa baru segitu doang ga
kuat” jawab Daniel saat mendengar keluhan Robby yang menurutnya nggak masuk
akal untuk ukuran cowok.
Robby mulai mengeluarkan peralatan
sebelum tidurnya. Dimulai dari boneka
teddy bear berwarna coklat dan susu yang ia bawa dari rumah. “gue gak salah liat kan? Elo bawa boneka
teddy bear? Cih” ejek Daniel lagi saat ngeliat isi tas yang dikeluarkan Robby.
“biarin aja, suka suka gue lah, ini
kan hadiah dari nyokap gue” jawab Robby sinis sambil berjalan menuju kamarnya
untuk tidur.
Esok harinya, Student’s Camp diisi
dengan segala aktivitas olahraga. Mulai
dari jogging, karate hingga anggar pun disiapkan untuk hari itu. Daniel yang memang jagoan karate, selalu
menang melawan peserta lain. “siapa lagi
yang mau lawan gue?” tantang Daniel. “gue!” jawab Robby sungguh-sungguh. “hah? Gak salah? Elo mau ngelawan gue?
Mending lo ikut balerina aja sana” ledek Daniel dengan ekspresi merendahkan.
Dan memang, Robby kalah oleh Daniel
karena ia tidak secakap Daniel dan tidak memiliki kemampuan khusus dalam bidang
karate. Namun kesempatan Robby untuk
unjuk gigi belum kandas.
Setelah aktivitas olahraga, esok
harinya dipenuhi dengan aktivitas seni. Daniel
yang hanya jago main gitar, harus mengaku “kalah” saat melihat penampilan Robby
menari tarian daerah ataupun modern,dan berhasil memukau para pendamping acara Student’s
Camp.
Hari terakhir Student’s Camp akan
diisi dengan adanya api unggun dan pengumuman award bagi para peserta Student’s
Camp tahun ini. Tapi sebelum acara itu
berlangsung, seluruh peserta diberi tugas masing-masing. Karena hari itu, seluruh acara akan
berlangsung di luar ruangan dan mengolah segala sesuatu dari alam.
Robby dan Daniel ditugaskan untuk
mengambil air dari sungai dekat perkemahan mereka. “ya ampuun, sekarang gue disuruh ngambil air
yang jarak nya jauh dari kemah, dan ngambilnya sama orang ini pula!!” keluh Robby
lagi. “ngeluh, ngeluh dan ngeluh, lo tuh
kapan sih gak ngeluh hah? Bisa gak sih gak ngeluh sehari aja. Nyokap lu ngidam apaan sih sampe punya anak
kaya elu” bentak Daniel karena sudah sangat kesal.
“heh, jangan pernah lo ngomong
tentang nyokap gue, lo gak kenal dia dan lo gak tau gimana kerja keras dia buat
membesarkan gue!” bentak Robby balik ke Daniel.
“dan lo pikir dengan tingkah lo yang suka ngeluh gini bakal ngebales
jasa nyokap lu yang udah membesarkan elo? Elo cowok! Seharusnya elo bisa
membahagiakan nyokap lo dengan cara yang benar, bukan jadi banci kaya gini! Lo
beruntung masih punya nyokap, sedang gue? Gue Cuma punya bokap yang sibuk dan
gak pernah perhatian sama gue!” teriak Daniel yang tidak sadar mencurahkan isi
hatinya.
Mereka masih bertengkar sepanjang
jalan menuju sungai. Setibanya di
sungai, Daniel merasa amat tentram mendengar suara air dan melihat kejernihan
airnya. Saat ia melihat ke dasar air
sungai, Robby berdiri disebelahnya.
“HAH” Daniel pun berteriak histeris melihat refleksi Robby pada
permukaan sungai. Sungai itu memang
kecil tapi memiliki arus yang deras dan sangat jernih, dan Daniel tak menyadari
Robby tercebur kedalam sungai karena terkejut mendengar teriakannya. Robby mulai terbawa arus.
“toloong” teriak Robby. Daniel pun berusaha mengejarnya dan akhirnya
ia mendapat tempat untuk menggapai tangan Robby. Robby pun berhasil Daniel selamatkan. “uhuk, makasih banyak” ujar Robby. Namun Daniel tidak mendengar perkataan Robby
dan ia fokus pada benda yang menggantung di leher Robby.
“eh, itu kalung apaan? lepasin coba”
pinta Daniel setengah memaksa. Robby
melepas kalung itu. “kenapa?” tanya Robby bingung karena melihat
Daniel yang terfokus pada kalungnya.
“siapa yang ngasih ini ke lo?” tanya Daniel setengah tak percaya. “nyokap gue” kata Robby. Daniel pun melepaskan sesuatu dari lehernya,
sebuah kalung. Kalung yang sama persis
dengan milik Robby. Mereka berdua
membuka dan melihat foto yang ada pada kalung itu. Mereka berdua sama-sama terkejut. “apa!! Jadi ternyata lo sodara kembar gue!”
mereka berdua berteriak secara bersamaan.
Ternyata Daniel dan Robby adalah
saudara kembar yang terpisah karena kedua orangtua mereka bercerai saat mereka
berumur 1 tahun. Daniel diasuh oleh sang
ayah yang sangat sibuk dan menuntut Daniel untuk bisa mandiri. Sedangkan Robby diasuh oleh ibunya yang
seorang desainer dan lingkup seharinya yang membuat Robby tumbuh seperti
ibunya.
Memang ironi sebuah permainan waktu dapat mempertemukan saudara kembar
yang terpisah oleh waktu.